BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lesson Study merupakan terjemahan
dari bahasa Jepang jugyou (instruction = pengajaran, atau lesson
= pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study
= kajian). Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou
kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan
melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Lewis (2002) mendeskripsikan
proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru
untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan
melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons).
Lebih lanjut dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah suatu proses yang
kompleks yang didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan
dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi
peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit.
Lesson Study ( LS ) pada hakikatnya
merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis
dalam pendidikan. Lesson study juga bisa diartikan sebagai model pembinaan
profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk mrmbangun komunitas. Dalam lesson study terdapat pembelajaran berbasis LS
yang meliputi manfaat, tujuan, ciri-ciri, tahap-tahap, kelebihan dan kelemahan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pembelajaran berbasis lesson
study ?
2.
Bagaimana contoh kasus pelaksanaan
lesson study ?
3.
Bagaimana cara mengatasi kendala
implementasi lesson study ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui pembelajaran berbasis lesson
study.
2.
Mengetahui contoh kasus pelaksanaan
lesson study.
3.
Mengetahui Kendala
Implementasi Lesson Study.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Berbasis Lesson
Study
UU
No.14 tahun 2005 menyatakan bahwa lesson study mendukung tentang guru dan dosen
untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian,
dan sosial. Selain itu lesson study juga mendukung implementasi PP 19 tahun
2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 19, “ Proses pembelajaran
seharusnya bisa menyenangkan, menantang, inspiratif, interaktif, dan memotivasi
untuk aktif, kreatif, mandiri, sesuai bakat, minat, dan perkembangan
fisik. Lesson study dapat meningkatkan
budaya akademik, kemampuan kolaborasi, kemampuan melakukan evaluasi diri, serta
dapat memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran.
Perencanaan lesson study dilakukan
secara kolaboratif berdasarkan permasalahan dikelas. Seorang guru dari anggota
kelompok melakukan pembelajaran atau mengajar, sementara anggota lainnya
mengamati. Pengamatan tidak diperkenankan mengganggu atau membantu siswaselama
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis lesson study terdapat manfaat,
tujuan, ciri-ciri, tahap-tahap, kelebihan dan kelemahan.
2.1.1
Manfaat Lesson Study
Manfaat
yang diambil lesson study, diantaranya guru dapat mendokumentasikan kemajuan
kerjanya, guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, guru dapat
mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akibat dari lesson study.
Caterine
Lewis mengemukakan bahwa lesson study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan
keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat memikirkan secara lebih
teliti tentang tujuan materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,
memikirkan secara mendalam tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa
depan siswa, mengkaji hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran
melalui belajar dari para guru, belajar tentang isi atau materi pelajaran,
mengembangkan keahlian dalam mengajar, membangun kemampuan melalui pembelajaran
kolegial dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa yang dirasakan
masih kurang baik pengetahuan maupun keterampilannya.
2.1.2
2.1.2 Tujuan
Lesson Study
a.
Meningkatkan pengetahuan tentang materi
pembelajaran, meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang, kualitas rencana
pembelajaran, dan kemampuan guru untuk mengobservasi aktivitas belajar
b.
Menguatkan hubungan antara pembelajaran
sehari-hari dengan tujuan jangka panjang.
2.1.3
Ciri-ciri Lesson Study
Ciri-ciri
lesson study menurut catherine lewis berdasarkan observasi beberapa sekolah
dijepang :
a.
Tujuan bersama untuk jangka panjang,
lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama
yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan
yang lebih luas.
b.
Materi pelajaran yang penting, lesson
study memfokuskan pada bahan pelajaran yang dianggap penting dalam pembelajaran
siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c.
Studi tentang siswa secara cermat
d.
Observasi pembelajaran secara langsung,
dalam kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak
cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari rencana pelaksanaan
pembelajaran, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung.
2.1.4
Tahap-tahap Lesson Study
A. Tahap Perencanaan
Langkah pertama untuk memulai lesson study adalah
pembentukan kelompok atau tim lesson study. Kelompok ini dapat dibentuk
di tingkat sekolah, di tingkat wilayah, atau tingkat yang lebih luas sesuai
dengan keperluan dan kemungkinan keterlaksanaannya. Heterogenitas
anggota kelompok perlu dipertimbangkan dalam pembentukan kelompok lesson
study.
Keaggotaan yang beragam dari segi usia, latar belakang
pendidikan, dan pengalaman mengajar akan lebih memperkaya tim dan memungkinkan
anggota kelompok saling memperoleh keuntungan karena terjadinya proses saling
belajar antara aggota kelompok. Anggota kelompok lesson study tersebut
di antaranya 5 – 6 guru, kepala sekolah, dan pakar perguruan tinggi.
Pembentukan kelompok lesson study dapat juga diprakarsai oleh kepala
sekolah, dinas pendidikan, atau pakar dari perguruan tinggi yang memandang
perlunya peningkatan kualitas pembelajaran melalui lesson study.
Pembentukan kelompok lesson study dapat diprakarsai
oleh salah seorang guru yang mempunyai masalah terkait pembelajaran yang telah
dilakukan. Pembentukan kelompok lesson study dimaksudkan sebagai upaya
untuk memperbaiki pembelajaran tersebut. Masalahmasalah tersebut perlu
diidentifikasi dengan jelas untuk memudahkan pemecahannya. Masalah-masalah
tersebut di antaranya terkait dengan aktivitas siswa, hasil belajar siswa,
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan sebagainya. Masalah-masalah
yang terdaftar tersebut kemudian diseleksi dan diurutkan berdasarkan skala
prioritas dalam mengatasinya, kemudian secara bersama-sama dicarikan solusi
untuk mengatasi masalah tersebut.
Seorang guru yang mempunyai metode, strategi, atau
media pembelajaran baru yang dimungkinkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat juga memprakarsai terbentuknya kelompok lesson study.
Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk mendukung implementasi ide guru
tersebut, menyempurnakannya, selain dimaksudkan untuk menyebarluaskan. Setelah
kelompok terbentuk, selanjutnya perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran yang
akan digunakan. Perangkat pembelajaran dimaksud di antaranya adalah silabus,
rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa (LKS), buku siswa, dan buku guru.
Perlu juga disiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data
untuk kepentingan penelitian atau sebagai dasar untuk melakukan refleksi.
Instrumen penelitian tersebut di antaranya adalah lembar observasi kegiatan
pembelajaran, angket tanggapan siswa, dan tes hasil belajar jika dianggap perlu.
Perangkat pembelajaran dan instrument penelitian
tersebut disusun bersama-sama oleh anggota kelompok. Pembagian tugas perlu
dilakukan demi efisiensi. Perangkat pendukung lainnya yang perlu disiapkan,
jika memungkinkan, adalah kamera video yang digunakan untuk mendokumentasikan
pelaksanaan pembelajaran. Pendokumentasian lebih dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan refleksi, selain dapat juga untuk menyebarluaskan hasil lesson
study.
Rencana pembelajaran perlu disusun secermat dan
sejelas mungkin agar mempermudah guru model yang akan mengimplementasikannya.
Dalam hal ini rencana pembelajaran (RP) diartikan sebagai rencana kegiatan guru
yang berisi skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai hal-hal yang akan
dilakukakan guru bersama siswa terkait topik atau pokok bahasan yang akan
dipelajari demi mencapai kompetensi standar yang telah ditentukan. Rencana
pembelajaran tidak diartikan sebagai laporan yang harus disusun dan dilaporkan
kepada kepala sekolah atau pihak lain, melainkan sebagai rencana “individual”
guru yang memuat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas.
Karena lebih bersifat individual, maka tidak ada format rencana pembelajaran
yang baku. Rencana pembelajaran dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru
mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan, mengenai media apa yang akan
digunakan, strategi pembelajaran yang dipilih, system penilaian yang akan
ditentukan, dan hal-hal teknis lainnya. Setelah semua perangkat pembelajaran,
instrumen penelitian, dan perangkat pendukung lainnya disiapkan, selanjutnya
memilih salah satu guru yang akan dijadikan guru model, yang akan
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun. Selain itu, perlu
juga dipilih kelas yang akan dijadikan tempat mengimplementasikan. Perlu dicatat
bahwa kelas yang dipilih tidak harus sama dengan\ kelas yang biasanya diajar
oleh guru model.
b.
B. Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah
disusun guru, model melaksanakan pembelajaran di kelas yang telah
ditentukan, sementara anggota lain bertindak sebagai observer, yang mengamati
proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah
dikembangkan. Dengan demikian, bersamaan dengan dilaksanakannya proses
pembelajaran, dilakukan pengambilan data yang diperlukan unutk kepentingan
refleksi. Hal –hal yang perlu mendapat focus perhatian ketika mengobservasi,
menurut Djamilah (2006), di antaranya adalah ketepatan prediksi waktu,
pengelolaan kelas, keterlaksanaan silabus, aktivitas siswa, dan ketercapaian
tujuan untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran.
Dimungkinkan, guru mengubah strategi
pembelajaran sesuai tuntutan keadaan. Reaksi atau respon siswa yang tak
terduga, seperti diskusi yang tidak bisa berjalan dengan baik, tidak satupun
soal yang disiapkan dapat dikerjakan siswa, atau tidak ada siswa yang bersedia
menjelaskan jawabannya di depan kelas perlu diantisipasi dengan cepat oleh guru
model. Perlu dicatat bahwa selain guru model, tidak diperbolehkan
mengintervensi proses pembelajaran. Di kelas, hanya terdapat satu komando,
yaitu guru model.
C. Kegiatan Refleksi
Segera setelah selesai pembelajaran, dilakukan postclass
discussion atau kegiatan refleksi. Refleksi diikuti oleh semua anggota
kelompok yang mengkaji hasil pengamatan setiap guru dan hasil rekaman proses
pembelajaran. Kegiatan Menurut Djamilah (2006), dengan pemahaman bahwa lesson
study adalah forum untuk saling belajar dalam upaya mengembangkan
kompetensi masing-masing anggota tim, maka semangat dalam tahap refleksi ini
adalah secara bersama-sama menemukan solusi untuk masalah yang muncul agar
pembelajaran berikutnya dapat dipersiapkan dan dilaksanakan dengan lebih baik.
Dengan demikian, perlu dipahami bahwa kegiatan
refleksi bukan dimaksudkan untuk menilai kemampuan mengajar guru model.
Meskipun semangat yang terkandung di dalam lesson study adalah saling
belajar, namun mengingat budaya kita yang belum terbiasa dan tidak mudah untuk
menerima kritik secara langsung, maka disarankan fokus evaluasi adalah pada
bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena
itu, guru lain sebagai observer/pengamat diharuskan mendengarkan, mengamati,
dan mencatat setiap respon siswa dengan rinci dan teliti.
Diharapkan, guru model dapat menarik kesimpulan atas
pembelajaran yang ia laksanakan, berdasarkan hasil evaluasi terhadap respon
siswa dari hasil pengamatan guru lain dan dari hasil rekaman video. Dengan
memperhatikan bagaimana siswa belajar, diharapkan guru yang bersangkutan
menemukan kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar.
2.1.5
Kelebihan Lesson Study
a.
Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat
berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat di
lain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta
mendukung di antara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses
belajar-mengajar.
b.
Metode ini dapat diterapkan di setiap bidang, mulai
dari seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga pada setiap tingkat kelas.
c.
Dapat dilaksanakan antar atau lintas kelas
2.1.6
Kelemahan Lesson Study
a.
Belum seragamnya pemahaman tentang
lesson study, terjadinya devasiasi dalam memahami kegiatan lesson study tidak
jarang menimbulkan perbedaan pendapat, hal ini malahirkan tindakan yang berbeda
yang satu membiarkan guru merencanakan sendiri ketika akan implementasi baru
melaporkan tindakan kedua dimana dosen secara aktif membimbing calon guru
penyaji sampai dalam hal menyiapkan media maupun bahan-bahan pembelajarannya.
b.
Perihal kesiapan bekerja sama, muncul
saat membuat keputusan siapa yang akan menjadi penyaji pembelajaran yang siap
diobservasi. Jarang guru yang mengajukan diri karena masih ada perasaan bahwa
sebagai penyaji harus menyiapkan sendiri pembelajaran yang biasa tidak
dilakukannya.
c.
Koordinasi, secara teoretis keinginan
meningkatkan mutu pembelajaran seharusnya ke luar dari niat para guru. Akan
tetapi, menginat kesibukan kegiatan sekolah, terkadang niat ini terlupakan.
Dengan demikian, kadang saat implementasi observer datang terlambat karena
harus mengajar dulu dan banyak alasan lainnya.
d.
Ketersediaan sarana dan dukungan finansial,
agar kegiatan ini berjalan lancar perlu membuat kesepakatan bersama bahwa biaya
kebutuhan guru harus ditanggung sekolah dan kebutuhan pihak dosen ditanggung
oleh pihak fakultas.
e.
Fasilitas sekolah, apabila seorang guru
ingin melakukan suatu pembelajaran yang menuntut eksperimen kelompo, terkadang
jumlah alat yang tersedia tidak memadai jumlah siswa dan kondisi bangku
diruangan kelas juga tidak mendukung mobilitas dan interaksi siswa.
f.
Cara menyampaikan pendapat dalam
kegiatan refleksi
2.2
Contoh
Kasus Pelaksanaan Lesson Study
a.
Menilai :
aktualisasi pembelajaran dengan lesson study
b.
Membina :
guru persiapan pembelajaran LS
c.
Memantau :
proses pembelajaran dengan LS
d.
Alokasi waktu : 1 jam eksplorasi LS, 30 menit diskusi, 40 menit simulasi, 40
menit rafleksi, 10 menit menyimpulkan
e.
Standar kompetensi :pengembangan profesi akademik
f.
Kompetensi dasar : melaksanakan LS sebagai upaya perbaikan
pembelajaran
g.
Tujuan :
membina LS dengan konfirmatif beserta peserta diklat
h.
Indikator keberhasilan : menguasai konsep dan prinsip LS
i.
Strategi Kerja : caramah, eksplorasi, tanya jawab, dan simulasi LS
j.
SD yang diperlukan : instrumen : laptop, LCD, dan alat
tulis
k.
Skenario Kegiatan : pendahuluan dan kegiatan inti
l. Tindak Lanjut : hasil penelitian ini bisa di tindaklanjuti melalui
pemantauan atau supervisi ke sekolah.
m. Catatan
Rekomendasi observer ketika LS
2.3 Cara mengatasi kendala
implementasi lesson study
Berbagai kendala yang mungkin dihadapi ketika
mengimplementasikan lesson study di antaranya,
a.
Adanya persepsi yang keliru tentang lesson study,
b.
Penyusunan jadwal,
c.
Pendanaan,
d.
Setting kelas,
e.
Dan pendokumentasian.
Untuk menghindari
adanya kesalahan persepsi tentang lesson study, pada tahap perencanaan
perlu diadakan penyamaan persepsi antaranggota kelompok bahwa lesson
study lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
dan bukan untuk menilai guru.
Menyusun jadwal, baik untuk pertemuan koordinasi
persiapan pelaksanaan, pelaksanaan lesson study itu sendiri, maupun
untuk melaksanakan refleksi dan menyusun temuan, yang melibatkan 4 – 6 guru,
tidaklah mudah. Itulah sebabnya pelibatan kepala sekolah sejak awal perencanaan
lesson study sangat penting, tidak hanya untuk mendapatkan kemudahan
dalam pengaturan jadwal, tetapi juga diharapkan kepala sekolah memberikan
dukungannya dalam bentuk pendanaan untuk pelaksanaan setiap kegiatan dalam lesson
study. Kesepakatan tentang jadwal, pendanaan, dan “aturan main” dari awal
akan menghindari masalah yang tidak diinginkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan : Lesson study merupakan alternatif
pembinaan profesi guru melalui aktivitas-aktivitas kolaboratif dan
berkelanjutan. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para guru untuk membangun
komunitas belajar yang efektif dan efesien, sedangkan prinsip berkelanjutan
akan memberi peluang bagi guru untuk menjadi masyarakat belajar sepanjang
hayat. Dua hal ini sangat penting bagi guru dalam menjalankan perannya sebagai
sosok panutan dan yang dipercaya oleh siswa di sekolah.
Implementasi
lesson study secara berkelanjutan akan membantu guru mempercepat peningkatan
profesionalismenya. Indikator-indikator peningkatan profesionalisme guru
melalui implementasi lesson study, adalah pengembangan rancangan dan
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selalu menuntut dilakukannya inovasi
pembelajaran dan asesmen, siklus plan-do-see yang memungkinkan guru
untuk dapat mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif tentang belajar dan
pembelajaran, proses sharing pengalaman berbasis pengamatan pembelajaran
memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan keterbukaan dan peningkatan
kompetensi sosialnya, dan proses-proses refleksi secara berkelanjutan adalah
suatu ajang bagi guru untuk meningkatkan kesadaran akan keterbatasan dirinya.
Lesson study
dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran melalui siklus plando-see dengan
enam tahapan, yaitu membentuk kelompok lesson study, menentukan fokus
kajian, merencanakan research lesson, pelaksanaan pembelajaran dan
observasi aktivitas pembelajaran, mendiskusikan dan menganalisis hasil
observasi, dan refleksi dan penyempurnaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study
Tidak ada komentar:
Posting Komentar