BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Subsidi
merupakan anggaran yang disalurkan melalui perusahaan atau lembaga yang
memproduksi, menjual barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
BBM merupakan bahan bakar minyak. Permintaan merupakan kebutuhan masyarakat atau
individu terhadap suatu jenis barang tergantung pada faktor harga itu sendiri,
harga barang lain, pendapatan konsumen, cita atau selera masyarakat, jumlah
penduduk, musim atau iklim, prediksi masa yang akan mendata permintaan. Pada
permintaan ini hakikatnya apabila makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga
barang suatu barang maka makin sedikit
permintaan terhadap barang tersebut.
Maka dapat disimpulkan apabila harga suatu barang naik, maka pembeli
akan mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai barang tersebut dan
apabila barang tersebut turun konsumen
akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.
Seiring
dengan pemerintahan Presiden baru kebijakan barupun dimulai pada Oktober 2014 dimana
Presiden Jokowi Dodo mengumumkan bahwa subsidi bbm tidak lama lagi segera dihapuskan.
Kepastian ini menimbulkan pro dan kontra yang mengakibatkan penumpukan konsumen
untuk membeli BBM sebelum disubsidi fenomena ini membuat antrian panjang di SPBU
serta kemacetan ditambah dengan naiknya harga barang pokok di sejumlah pasar-pasar
dikota besar melambung tinggi. BBM yang tidak bersubsidi harganya jauh lebih
murah dibandingkan dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah pada November tahun
2014 dimana harga premium yang semula Rp 6.500 naik menjadi Rp 8.500/liter dan Solar dari Rp 5.500 menjadi
7.500/liter. Kenaikan ini berdapak buruh bagi perekonomian masyarakat karena
barang-barang pokok ikut meningkat. Penghapusan subsidi BBM membuat permintaan
dari masyarakat berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan
mengalami kenaikan. Daya beli masyarakatpun juga ikut menurun, dan munculnya
masalah-masalah baru. Masalah ini tidak dapat atau sulit dihindari karena BBM
merupakan unsur penting dalam proses produksi dan distribusi barang. Dengan
demikian pemerintah perlu memikirkan langkah-langkah untuk mengatasi penghapusan
subsidi BBM tersebut demi menjaga kestabilan perekonomian nasional.
Banyak suara masyarakat yang mengharapkan BBM
bisa distabilkan seperti biasanya agar pengeluaran mereka tidak banyak. Meksi
sudah banyak aksi-aksi demo yang dilakukan mahasiswa maupun masyarakat hal ini
tidak memutuskan tekat pemerintah untuk menghapus subsidi BBM. mereka demo
untuk menuntut ke tidak seimbang harga BBM padahal harga minyak menurun
harusnya harga BBM bisa disesuaikan dengan penurunan minyak dan kebutuhan
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana peranan dan kedudukan
pemerintah ?
2.
Bagaimana strategi pemerintah dalam menerapkan
penghapusan subsidi diIndonesia ?
3.
Bagaimana pengaruh kenaikan BBM terhadap
perekonomian masyarakat ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mendeskripsikan peranan dan
kedudukan pemerintah.
2.
Untuk mendeskripsikan strategi
pemerintah dalam menerapkan penghapusan subsidi.
3.
Untuk mendeskripsikan pengaruh kenaikan
bbm terhadap perekonomian masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Peranan dan kedudukan pemerintah
Pemerintah sebagai tangan besar yang mengelola perekonomian negara
menetapkan kebijakan-kebijakan dan melaksanakan tugas-tugasnya untuk membuat alur dan sistem ekonomi negara menjadi
teratur agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Seperti yang
ditulis oleh Joseph E. Stiglitz dalam bukunya Economics of The Public Sector, peran utama pemerintah adalah untuk
membuat suatu kerangka aktivitas maupun transaksi ekonomi dimana didalam
kerangka tersebut tersedia beberapa regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah.
Jika ditinjau secara mendalam, pemerintah melakukan aktivitas-aktivitas pembuatan regulasi tersebut yang dikelompokkan
menjadi beberapa
kategori, yaitu
:
a.
Memproduksi barang dan jasa.
b.
Membuat peraturan dan memberi subsidi
pada produk swasta.
c.
Pembelian barang dan jasa untuk negara.
d.
Meredistribusi pendapatan yang disebut transfer payment
Pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya mengelola negara untuk
melakukan beberapa tugas
termasuk pengeluaran
pemerintah (government expenditure). Pengeluaran pemerintah ini dapat berupa subsidi,
pemberian gaji pegawai negeri, pembangunan infrastruktur,
serta pembuatan dan
penyediaan public goods.
Stiglitz
menyatakan subsidi termasuk
salah satu kebijakan dan aktivitas pemerintahan,oleh karena itu
kami mencoba meninjau
lebih dalam konsep, peranan, dan hakikat subsidi. Subsidi diberikan dengan maksud
untuk mengurangi beberapa beban masyarakat dan meningkatkan output produksi.
Pemerintah mencoba menuntaskan kewajibannya sebagai pengatur perekonomian
negara dengan fokus pada keuntungan dan atau hal-hal yang memiliki nilai
manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu subsidi dikeluarkan oleh pemerintah
dengan tujuan tidak lain adalah untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya.
2.2 Strategi
pemerintah dalam menerapkan penghapusan subsidi diIndonesia
Pemerintahan baru bapak
jokowi dan jusuf kalla sudah berencana menghapuskan subsidi BBM agar harga BBM
meningkat. Waktu kenaikannya memang belum pasti dan masih simpang siur. Namun
kenaikan harga BBM direncanakan akan dilakukan pada 1 November 2014. Bapak
Menko Perekonomian Sofyan Djalil menyiratkan bahwa kenaikan BBM tidak akan
dilakukan pada 1 November 2014 paling tidak januari 2015 keputusan akan
ditetapkan oleh pemerintahan yang baru. Dari pengalaman sebelumnya bisa diramalkan
bahwa jika benar subsidi akan dihapuskan maka akan berpengaruh pada kegiatan
masyarakat, pekerjaan, maupun usaha. Contoh buruh, karena BBM cukup banyak dipakai
di sektor transportasi untuk buruh yang tidak membawa kendaraan sendiri, mereka
yang menaiki angkutan umum akan merasakan kerugian karena harga angkutan naik
tidak sama seperti biasanya.
Selama ini, di tiap momen kenaikan harga BBM,
pemerintah suka menggembar-gemborkan bahwa pengguna BBM seolah-olah hanya kelas
menengah atas pemilik mobil pribadi. Wacana ini menyesatkan karena di Indonesia
pengguna sepeda motor itu jauh lebih banyak daripada pengguna mobil pribadi. Berdasarkan
data BPS tahun 2012 jumlah mobil
penumpang di Indonesia itu ada sekitar 10,4 juta sementara jumlah sepeda motor
mencapai sekitar 76,4 juta. Adapun jumlah bis itu sekitar 2,3 juta dan jumlah
truk sekitar 5,3 juta. Proporsi masing-masing jenis kendaraan di tahun 2012
bisa dilihat dalam grafik berikut:
Berdasarkan
data di atas bisa dilihat bahwa pengguna sepeda motor jumlahnya jauh lebih
banyak daripada pengguna mobil pribadi. Dan dapat diasumsikan bahwa sebagian
besar pengguna motor ini adalah rakyat pekerja atau rakyat miskin. Begitu pula,
motor biasanya digunakan untuk transportasi dalam bekerja dan kegiatan reproduktif
sehari-hari, seperti mengantar anak sekolah, belanja kebutuhan hidup di pasar,
dan ojek. Di kota-kota besar yang tingkat kemacetannya parah, motor menjadi
kendaraan favorit karena efisien untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari
(bisa nyelap-nyelip menerobos macet). Artinya, sebagian besar orang
yang menggunakan motor digunakan untuk kegiatan produktif dan re-produktif.
Oleh karena itu pemerintah menghapuskan subsidi bbm dan menaikkan harga agar
masalah kemancetan di sejumlah kota-kota besar dapat terhindarkan, namun
kebijakan ini tidak relevan karena berdampak pada kebutuhan pokok yang setiap
saat masyarakat membutuhkan.
Dampak
berikutnya dari kenaikan harga BBM adalah naiknya harga barang-barang
lain secara umum atau inflasi. Saat kenaikan BBM pada Mei 2008 misalnya,
inflasi bulanan meningkat dari 0,57 di bulan April menjadi 1,41 di bulan Mei
lalu naik lagi menjadi 2,46 di bulan Juni baru turun lagi 1,37 di bulan Juli
dan kembali di bawah angka 1 pada bulan Agustus 2008. Begitu pula saat kenaikan
BBM pada Juni 2013, inflasi bulanan meningkat dari -0,03 di bulan Mei menjadi
1,03 di bulan Juni, kemudian naik lagi menjadi 3,29 di bulan Juli, lalu turun
menjadi 1,12 d bulan Agustus dan baru kembali di bawah angka 1 pada bulan
September 2013. Selama tahun 2008-2013, inflasi tahunan terlihat meningkat
cukup tinggi menjadi 11,06 di tahun 2008 dan 8,38 di tahun 2013. Sementara, di
tahun-tahun lain, angka inflasi berada di bawah angka 7.
2.3 Pengaruh kenaikan BBM terhadap
perekonomian masyarakat
Terjadinya
hubungan timbal balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya daya beli
masyarakat berarti memperlemahkan roda ekonomi secara keseluruhan di Indonesia
dan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun serta banyaknya pengangguran.
Pemerintah kurang memperhatikan dampak kenaikan harga BBM, dimana masyarakat
merasa dirugikan apalagi kaum wanita yang selalu membeli kebutuhan pokok untuk
kehidupannya sehari-hari. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi iklim investasi
secara keseluruhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka
pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku pasar, khususnya pelaku
pasar modal sebagai pusat perputaran dan indikator investasi.
Meskipun
perekonomian diIndonesia masih termasuk mengikuti perkembangan perekonomian
dunia mengapa kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan harusnya pemerintah mampu
menyeimbangkan ini semua karena tidak efesien padahal harga minyak di indonesia
sedang menurun drastis. Akibatnya perilaku investasi di Indonesia sangat
memungkinkan mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi
yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi
para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif
tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau
negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka
dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah
pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga
BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari
dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan
stimulus negatif pada perekonomian Indonesia jika pemerintah dapat
menyeimbangkan harga yang sepadan namun apabila kenaikan BBM sesuai dengan
pemikiran dan pendapat masyarakat maka akan mendapat respon positif. Berikut
dampak penghapusan subsidi :
2.3.1 Kenaikan BBM
Bahan
Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam
semua aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah
perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan
kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi
adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan
investor selalu berusaha mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien
dan relatif aman.
Kenaikan
harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi
juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada
pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan
mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga
jual produk. Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya
overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula
tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan
perusahaan menjadi semakin kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat yang pada
akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya
beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak
perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada
akhirnya akan menurunkan laba perusahaan.
2.3.2
Kenaikan BBM Menyebabkan Inflasi
Kekhawatiran banyak
kalangan atas dan bawah terhadap dampak kenaikan harga bahan bakar minyak yang
sangat drastis menjadi kenyataan. Penghapusan subsidi yang diumumkan november
lalu menyebabkan meningkatnya harga BBM yang semula harga premium Rp 6.500 naik menjadi Rp 8.500/liter dan
Solar dari Rp 5.500 menjadi 7.500/liter. Hal ini menimbulkan
barang-barang produksi dipasaran meningkat drastis karena dipotong jasa
pengangkutan barang. Rakyat kecilpun menderita karena kenaikan ini tidak
relevan dengan pendapatan mereka selama 1 bulan atau 1 minggu. Adanya kenaikan
BBM ini besar kemungkinan indonesia akan mengalami inflasi dan kemiskinan yang
besar.
Dilihat
dari inflasi kumulatif Januari-September 2014 sebesar 9,1 persen, inflasi bulan
Oktober sebesar 8,7 persen tentu saja tergolong luar biasa sehingga membuat
inflasi kumulatif Januari-Oktober menjadi 15,6 persen. Inflasi Oktober
berdasarkan perhitungan "tahun ke tahun" (year on year) lebih tinggi
lagi, yakni 17,9 persen. Berdasarkan angka-angka itu, laju inflasi tahun 2014
diperkirakan berkisar 16-18 persen atau titik tengahnya adalah 17 persen.
Pernyataan
diatas merupakan nilai-nilai inflasi pada 2014 diawal kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) seorang menteri ekonomi menegaskan hanya bisa menahan laju
inflasi tahun 2014 di sekitar 10 persen. Lalu beberapa hari kemudian dikoreksi
menjadi kira-kira 12 persen, selanjutnya kembali dikoreksi menjadi 14 persen.
Kali ini dan untuk kesekian kalinya pemerintah salah langkah. Hitung-hitungan
pemerintah jelas keliru dan menimbulkan masalah.
Memang
disadari bahwa besarnya permintaan akan BBM di dalam dan luar negeri
menimbulkan banyak masalah. Namun, sangat tidak realistis untuk menyelesaikan
semua masalah itu sekaligus dengan hanya mengumumkan penghapusan subsidi.
Meskipun pemerintah membantu memberikan mengucurkan dana bantuan langsung tunai
(BLT) bagi setiap keluarga miskin sebesar Rp 100.000 per bulan yang dibayarkan
di muka sekaligus untuk tiga bulan ini masih dianggap belum bisa mengurangi
kebutuhan mereka sehari-hari.
Berdasarkan
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga BBM pada November ini berdampak
seketika terhadap peningkatan pengangguran terbuka sebanyak 426.000 pekerja
yang rata-rata buruh dan pedagang. Jajaran penganggur ini niscaya akan terus
bertambah panjang dalam setahun ke depan karena gelombang PHK akan terus berlanjut
setelah lebaran dan tahun baru nanti. Tak
seperti krisis tahun 1998 lalu yang membuat banyak perusahaan besar terutama
yang banyak berutang dalam mata uang asing, memiliki kandungan impor yang
besar, dan berorientasi pada pasar dalam negeri terempas, sementara usaha kecil
dan menengah (UKM) dan atau sektor informal justru mampu bertahan, dampak
kenaikan harga BBM kali ini lebih berat dirasakan oleh UKM dan bersifat
seketika. Padahal UKM inilah yang menjadi penyerap tenaga kerja terbesar.
Akibat
kenaikan harga BBM yang tak kepalang ini pekerjaan rumah bukannya berkurang
malahan bertambah banyak dan lebih pelik serta lebih berisiko. Kita berharap
pemerintah lebih peka pada derita rakyatnya sendiri. Kepentingan nasional harus
di atas segala-galanya. Kita harus berdaulat secara politik dan ekonomi serta keadilan
harus jadi acuannya. Banyak pilihan kebijakan yang masih tersedia untuk
mewujudkannya asalkan kita mau mengubah pola pikir kita yang selama ini terlalu
dibelenggu oleh pengaturan perekonomian negara maju yang kelembagaannya sudah
sedemikian sangat lengkap, dan tidak relevan.
2.3.3
Dampak Kenaikan BBM Pada Masyarakat Kecil
Walaupun
dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan kenaikan
inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologisnya yang relatif kuat. Dampak
ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat
mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang atau jasa. Ekspektasi inflasi
ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan
kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan
biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika
isu kenaikan harga BBM mulai terdengar.
Perilaku
kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan
harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak
tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium
sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan.
Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga
barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam distribusi
barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan
juga akan menyebabkan kenaikan harga barang atau jasa yang dalam proses
produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya.
Begitu
seterusnya, efek menjalar (contagion
effect) kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan operasional
seluruh jenis barang yang menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya
yang pada akhirnya beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang
dihasilkannya. Kenaikan harga beberapa jenis BBM ini akan menyebabkan kenaikan
harga di berbagai level harga, seperti harga barang di tingkat produsen,
distributor atau pedagang besar sampai pada akhirnya di tingkat pedagang
eceran. Gerakan kenaikan harga dari satu level harga ke level harga berikutnya
dalam suatu saluran perdagangan (distribution channel) adakalanya memerlukan
waktu (time lag). Tetapi, yang jelas akibat kenaikan harga BBM ini adalah
konsumen akhir yang notabene adalah berasal dari kebanyakan masyarakat ekonomi
lemah yang membutuhkan barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dengan membeli
barang-barang kebutuhannya sebagian besar dari pedagang eceran. Dan biasanya
kenaikan harga di tingkat eceran (retail
price) ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga di tingkat harga
produsen (producer price) maupun di
tingkat pedagang besar (wholesale price).
Kenaikan
harga beberapa jenis BBM bulan Mei 2014, terulang kembali di bulan November
2014 dengan beberapa skenario kenaikan harga beberapa jenis BBM (premium, solar,
minyak tanah). Menurut salah satu sumber di Badan Pusat Statistik, untuk jenis
barang BBM yang harganya ditentukan pemerintah, hampir 50 persen dari pengaruh
kenaikan BBM sudah dihitung dalam penghitungan inflasi pada bulan November 2014.
Misalnya harga premium Rp 6.500
naik menjadi Rp 8.500/liter dan Solar dari Rp 5.500 menjadi 7.500/liter.
Dengan
demikian pada tahun yang akan datang, sumbangan inflasi dari BBM (bensin,
solar, dan minyak tanah) akan meningkat sekitar 0,28 persen. Ditambah lagi
sumbangan inflasi pelumas/oli yang apabila naik 15 persen akan memberikan
sumbangan inflasi sebesar 0,05 persen. Sumbangan inflasi dari BBM akan
bertambah besar jika komponen BBM lainnya yang tidak ditetapkan pemerintah
bergerak sesuai selera pasar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan : Pemerintah sebagai tangan besar yang mengelola perekonomian negara
menetapkan kebijakan-kebijakan dan melaksanakan tugas-tugasnya untuk membuat alur dan sistem ekonomi negara menjadi
teratur agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Namun ketika memasuki bulan November 2014 pemerintah membuat kebijakan yang
salah dan merugikan bagi rakyat kalangan bawah. Akibat penghapusan subsidi bbm
harga kebutuhan barang pokok dipasaran menjadi meningkat dan daya beli
masyarakat menurun sebab penghasilan mereka sehari-hari tidak cukup untuk biaya
hidup. Seharusnya melihat kejadian ini pemerintah bisa mengambil kebijakan
kembali dengan memperhitungkan damoak yang akan terjadi ditahun yang akan
datang.
Saran : Kenaikan BBM harus mendapat
perhatian dalam pemerintah karena mencangkup hajat hidup orang banyak. Apabila
terdapat kesahalan dalam penulisan makalah studi kasus penulis mengucapkan
maaf. terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA
Arya
Yoga, Dampak Kenaikan Harga BBM.
2008. http://reincarbonated.multiply.com
Sadono
Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://www.slideshare.net/PutriwulandariWS/pengaruh-kenaikan-bbm-terhadap-perekonomian-indonesia
diakses
pada 17 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar